Sunday, November 28, 2010

Told you I'm a Pluralist.

I post this years ago, but I always put it in draft. Since I don't want people to figure too much what's inside my head - or I just don't have the guts. Make your own position.

I hate talking about this, actually. I was born and grew up with a family with such high plurality values and I love them too much for it - I thank God for it. That it doesn't matter which country you're coming from (well kecuali warga negara yang statusnya ilegal - hahaha) how much money in your pocket and which God are you believed in, as long as you're a good man with respect and well-educated, you're always welcome.

Sometimes I'm blaming on this country with its such racist culture. But as I grew up as sees back throughout the history - I can't do that. Centuries ago, this land was no one's land. And we were separated geographically.

Bukan rahasia dan adalah usaha yang sia-sia untuk memungkiri bahwa keberadaan budaya di negara kita mengikat bahkan lebih kuat dari hukum itu sendiri, bahkan kadang secara tak sadar. Keberadaan etika budaya yang sering disalahkan atas perkembangan kita yang lambat. But anyway, I don't want to talk about that this time. I've been seen a lot of scenes where people are breaking up because they 'happen' to have different faith. Trus gue biasanya ketawa, miris. I've been there. And, so what?

Parents are sometimes selfish. They're still humans. Mungkin kalo gue dihadapkan dalam situasi yang didesak, gue akan bilang sama mereka untuk memposisikan mereka di gue. Apa kata dan makna cinta segitu dikorupsinya sampai sudah terlalu dibatasi dalam batasan yang dibuat manusia sendiri? Bukankah kita sendiri yang berteriak bahwa cinta itu sejajar dengan Tuhan?

Mungkin beberapa ketidakpercayaan atas agama datang dari pengalaman seperti ini. Dan manusia tetap menunjuk mereka yang melihat agama secara sinis, sebagai manusia jahat. Dan lagi-lagi gue ketawa. Plis deh. Memangnya kamu pikir manusia yang paling tinggi dan bermoral adalah manusia dengan kata 'Tuhan' di dahinya? Bukan. Mereka yang tidak ber-Tuhan terkadang memiliki moralitas yang justru lebih tinggi. Bukankan Tuhan minta kita cintai mereka dengan sederhana dan bukan berlebihan? Tidak mengatasnamakan-Nya untuk meniadakan manusia yang lain.

Bukankah segalanya yang berlebihan mengarah pada sebuah catastrophe?

I do appreciate everyone rights to decide what kind of life they want to live and who they want to live it with. But isn't the art of life was because it full with so much surprises? Do you even ever get the first notice that this is the one that will stay everlasting? I'll take that as a 'No'.

I was born from a family with different faith. I've always seen love that simple, but when I practice it in real life - people can't get the grip of it. Some of them take it for granted. People are so tiring; they make things so simple become so complicated. Can it be called an act of labeling?

Family from my Dad's side was coming from the other side of this world, where people doesn't judge you from what age you are and what religion you are. I dream a day when this country will finally live a good life. When people can love each other without getting depressed just because in fact, they're born different. Isn't everyone different?

You were not being asked about what name you want, what religion fits - when you were born. As you walk the years, you'll find how different you are right now with you were a few years back then. If you finally found someone that can you recall as home, will you just throw it away because your old ones deceive you?

Pada akhirnya semua akan kembali pada apa yang kamu percaya dan tidak percayai. Apa yang kamu pilih dan tidak kamu pilih. Terkadang manusia kira mencintai harus begitu mudah seperti sebuah hari yang cerah di jalan tol yang sepi. Nyatanya, semua akan sampai pada titik yang meminta sebuah pengorbanan - dengan kata lain, sebuah kompromi.

Kompromi yang suka disalahartikan sebagai kalah.

Padahal apalah artinya sebuah kompromi yang menjanjikan sebuah kenyamanan dan kebahagiaan atas sebuah cinta yang dijaga? Kalau memang keseragaman itu bisa dipertahankan, bukankah indah adanya? Bahkan terkadang kamu bisa tiba di satu titik dimana kamu merasa menanggung nama yang salah atau iman yang bukan pada tempatnya. Pertanyaannya, apakah kamu membiarkan tanya itu hidup atau kamu mengingkarinya dan membiarkannya mati.

Mahatma Gandhi bilang, "God has no religion."
Memang agama itu dibuat manusia kan? Untuk membuat satu sama lain tetap ada dalam satu lingkar superioritas dan diakui keberadaannya - kata mereka yang skeptis. Untuk mencari Tuhan melalu berbagai pintu yang tidak tentu sesuai dengan manusia yang mana - kata mereka yang beragama.

"I love you when you bow in your mosque, kneel in your temple, pray in your church. For you and I are sons of one religion, and it is the spirit." - Kahlil Gibran

No comments:

Post a Comment