Tuesday, June 6, 2006

Presented by Me and Adi - my poet partner.

Menghela nafas, berharap ini hanyalah mimpi yang berkepanjangan.
Apakah cinta yang banyak orang bicarakan?
- Adi

Bukankah begitu sederhana?
Lima dari dua puluh enam.
Dicari pribumi seakan tambang emas.
Diartikan,
ditelanjangi,
dikhianati.
Entah siapa kini jati dirinya,
dibiarkan melentur,
berpendar saat benar diasah.
Ia mengapung tanpa nyawa,
diantara janji tahta sebegitu muluknya.

Aku cari Tuhan.
Aku cari sang waktu.
Aku cari Cinta.
Tiga kesatuan yang terlantar saling terasing.
Di-asingkan.
Aku satu di atas kakiku saja.
Ah, dunia menjanjikan cinta pada kabut.
Dinamika yang begitu absurd.

Percaya cinta yang kau percaya.
Jangan boleh mereka diktekan,
tentang aku tentang cintamu.
Hidupkan aku yang mereka bunuh,
dengan percaya mimpi kecilmu.
Aku tak pernah terlambat untuk lahir,
Aku penguasa waktu.

Jadi tak sesederhana itukan?
- Mara

Bukankah cinta seharusnya membawa kebahagaiaan? Mengapa harus terus diselingi dengan duka dan kebingungan? Tak adakah cinta yang statis dengan kebhagiaan? Selalu penuh dengan tanda tanya.

Tak pernah kulihat cinta yang begitu sempuna.
- Adi

Tak hanya kau, aku hidup dinaungi empat musim.
Nama mereka berbeda tak mau dikenal.
Suka, duka, murka, dan sangka.
Nama akhirku bukan sebuah keabsolutan.
Absolut wujud mantra iblis dalam nafas.
Mengikat jiwa dengan janjinya.
Nikmatnya terlalu, membuatmu binasa.
Dunia dibuat tanpa nama,
Kita membuatnya. Semuanya.
Bukankah kita mencinta perbedaan?
Empat musim itu?
Tak ada cinta seperti janji pada buku suci.
Itu cinta aku padaku dan aku pada sang waktu.
Lima itu merangkai pelangi rindu.
Rindu emas seorang pertapa.
Tentang betapa nafasmu berarti bahkan tanpa sedikitpun bergerak.
Sendirinya sang waktu berbisik,
Aku kau genggam.
Kau tak pernah tahu,
Kau tak pernah tahu.
- Mara

Cinta juga bukan sesuatu yang abadi,
datang dan pergi bersama angin emosi.
Tak ada yang konsisten bagi makhluk yang katanya paling mulia itu.
Aku sendiri merasakannya,
aku sendiri mempercayainya
abadi adalah absurd
cinta yang abadi hanya ada dalam puisi,
puisi itu melulu dengan hal yang ingin kau dengar
hal yang sedap didengar.
karena itulah puisi.

Suka terlalu cepat berganti, saya tak akrab dengannya.
Sangka dan durka adalah 2 teman baik yang saya kenal tapi sepi adalah yang paling setia.
- Adi